BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Diabetes
mellitus merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Berasal dari
istilah kata Yunani, Diabetes yang berarti pancuran dan Melitus yang berarti
madu atau gula. Kurang lebih istilah Diabetes mellitus menggambarkan gejala
diabetes yang tidak terkontrol, yakni banyak keluar air seni yang manis karena
mengandung gula. Oleh karena demikian, dalam istilah lain penyakit ini disebut
juga “Kencing Manis”.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa kepatuhan pada pengobatan penyakit yang bersifat kronis baik dari
segi medis maupun nutrisi, pada umumnya rendah. Dan penelitian terhadap
penyandang diabetes mendapatkan 75 % diantaranya menyuntik insulin
dengan cara yang tidak tepat, 58 % memakai dosis yang salah, dan 80 %
tidak mengikuti diet yang tidak dianjurkan.(Endang Basuki dalam Sidartawan
Soegondo, dkk 2004).
Jumlah penderita penyakit
diabetes melitus akhir-akhir ini menunjukan kenaikan yang bermakna di seluruh
dunia. Perubahan gaya hidup seperti pola makan dan berkurangnya aktivitas fisik
dianggap sebagai faktor-faktor penyebab terpenting. Oleh karenanya, DM dapat
saja timbul pada orang tanpa riwayat DM dalam keluarga dimana proses terjadinya
penyakit memakan waktu bertahun-tahun dan sebagian besar berlangsung
tanpa gejala. Namun penyakit DM dapat dicegah jika kita mengetahui dasar-dasar
penyakit dengan baik dan mewaspadai perubahan gaya hidup kita (Elvina Karyadi,
2006).
Penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), penduduk dunia yang menderita
diabetes mellitus sudah mencakupi sekitar 197 juta jiwa, dan dengan angka
kematian sekitar 3,2 juta orang.
WHO memprediksikan penderita diabetes mellitus akan
menjadi sekitar 366 juta orang pada tahun 2030. Penyumbang peningkatan angka
tadi merupakan negara-negara berkembang, yang mengalami kenaikan penderita
diabetes mellitus 150 % yaitu negara penderita diabetes mellitus terbanyak
adalah India (35,5 juta orang), Cina (23,8 juta orang), Amerika Serikat (16
juta orang), Rusia (9,7 juta orang), dan Jepang (6,7 juta orang).
WHO menyatakan, penderita diabetes mellitus di Indonesia
diperkirakan akan mengalami kenaikan 8,4 juta jiwa pada tahun 2000,menjadi 21,3
juta jiwa pada tahun 2030. Tingginya angka kematian tersebut menjadikan
Indonesia menduduki ranking ke-4 dunia setelah Amerika Serikat, India dan Cina
(Depkes RI, 2004).
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),
terjadi pengukuran prevalensi Diabetes mellitus (DM) dari tahun 2001 sebesar 7,5
% menjadi 10,4 % pada tahun 2004, sementara hasil survey BPS tahun 2003
menyatakan bahwa prevalensi diabetes mellitus mencapai 14,7 % di
perkotaan dan 7,2 % di pedesaan.
Sedangkan di Medan, Sumatera Utara
penyakit diabetes miletus merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita
pasien yang melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Umum Daerah dr Pirngadi Medan
selama Bulan April 2011. Berdasarkan data yang ada jumlah kunjungan rawat jalan
di rumah sakit milik Pemkot Medan tersebut pada April 2011 mencapai 4730 orang.
Namun dari data tersebut jumlah penyakit yang mendominasi adalah Diabetes Mallitus (DM) yaitu mencapai 1404 kunjungan dan jumlah kasus baru DM yang ditemukan mencapai 134 orang. Oleh karena itu, kita membuat makalah ini bertujuan untuk memberi sedikit pengetahuan bagi masyarakat Indonesia khususnya bagi penderita Diabetes Mellitus.
Namun dari data tersebut jumlah penyakit yang mendominasi adalah Diabetes Mallitus (DM) yaitu mencapai 1404 kunjungan dan jumlah kasus baru DM yang ditemukan mencapai 134 orang. Oleh karena itu, kita membuat makalah ini bertujuan untuk memberi sedikit pengetahuan bagi masyarakat Indonesia khususnya bagi penderita Diabetes Mellitus.
2.1
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah
ini adalah:
1.
Apa
yang di maksud dengan diabetes mellitus?
2.
Apa
saja tipe dari diabetes mellitus?
3.
Bagaimana
epidemiologi diabetes mellitus?
4.
Bagaimana
gambaran klinis dari diabetes mellitus?
5.
Bagaimana
patofisiologi dari penyakit diabetes mellitus?
6.
Bagaimana
cara diagnose diabetes mellitus?
7.
Apa
hubungan diabetes mellitus dengan komplikasi penyakit lain?
8.
Bagaimana
cara pengobatan diabetes mellitus?
9. Apa
saja program penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini
adalah:
1.
Mengetahui
definisi dari diabetes mellitus
2.
Mengetahui
tipe-tipe dari diabetes mellitus
3.
Mengetahui
epidemiologi diabetes mellitus
4.
Mengetahui
gambaran klinis dari diabetes mellitus
5.
Mengetahui
patofisiologi dari poenyakit diabetes mellitus
6.
Mengetahui
cara diagnose penyakit diabetes mellitus
7.
Mengetahui
hubungan diabetes mellitus dengan komplikasi
8.
Mengetahui
cara pengobatan diabetes mellitus
9.
Mengetahui
program-program dalam penanggulangan diabetes mellitus di Indonesia,
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi diabetes mellitus
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tertua pada
manusia. Berasal dari istilah kata Yunani, Diabetes yang berarti pancuran dan
Melitus yang berarti madu atau gula. Kurang lebih istilah Diabetes mellitus
menggambarkan gejala diabetes yang tidak terkontrol, yakni banyak keluar air
seni yang manis karena mengandung gula. Oleh karena demikian, dalam istilah
lain penyakit ini disebut juga “Kencing Manis”.
Menurut WHO
istilah ‘diabetes mellitus’ digunakan untuk menggambarkan kelainan metabolik
dengan berbagai macam penyebab yang ditandai dengan hiperglikemia dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Penyakit ini terjadi
akibat gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja insulin, atau keduanya.
Efek diabetes mellitus meliputi kerusakan jangka panjang, yaitu gangguan pada
berbagai macam organ.
2.2
Tipe dari diabetes mellitus
Ada 2 tipe Diabetes mellitus:
A.
Diabetes mellitus Tipe 1 (IDDM : Insulin
Dependent Diabetes Mellitus) :
tergantung dengan insulin.
tergantung dengan insulin.
Pada tipe ini terdapat kerusakan sel-sel dalam pankreas
sehingga tidak dapat memproduksi insulin lagi, akibatnya sel-sel tidak bisa
menyerap glukosa dari darah.
Tipe 1 banyak diderita oleh orang-orang di bawah usia 30 tahun dan paling sering dimulai pada usia remaja 10-13 tahun. Tipe 1 ini biasanya diterapi dengan pemberian suntikan insulin.
Tipe 1 banyak diderita oleh orang-orang di bawah usia 30 tahun dan paling sering dimulai pada usia remaja 10-13 tahun. Tipe 1 ini biasanya diterapi dengan pemberian suntikan insulin.
B.
Diabetes mellitus Tipe 2 (NIDDM : Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus) :
tidak tergantung dengan insulin.
tidak tergantung dengan insulin.
Akibat proses penuaan banyak penderita jenis ini mengalami
penurunan fungsi sel-sel dalam pankreas sehingga insulin yang dihasilkan
jumlahnya berkurang.
Pada umumnya tipe ini dimulai pada usia dewasa di atas 40 tahun dengan kejadian lebih besar pada orang gemuk (overweight). Tipe 2 ini dimulai dengan keluhan ringan yang sering kali tidak dikenali sampai timbul gejala stadium lanjut, bahkan sampai terjadi komplikasi. Oleh karena itu jika terdapat gejala penyakit diabetes, segeralah berkonsultasi dengan dokter.
Pada umumnya tipe ini dimulai pada usia dewasa di atas 40 tahun dengan kejadian lebih besar pada orang gemuk (overweight). Tipe 2 ini dimulai dengan keluhan ringan yang sering kali tidak dikenali sampai timbul gejala stadium lanjut, bahkan sampai terjadi komplikasi. Oleh karena itu jika terdapat gejala penyakit diabetes, segeralah berkonsultasi dengan dokter.
2.3
Epidemiologi diabetes mellitus
Secara epidemiologi DM seringkali
tidak terdeteksi. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan cara hidup berperan
dalam perjalanan penyakit diabetes. Ada kecenderungan penyakit ini timbul dalam
keluarga. Disamping itu juga ditemukan perbedaan kekerapan dan komplikasi
diantara ras, negara dan kebudayaan.
Dari segi epidemiologi, ada
beberapa jenis diabetes. Dulu ada yang disebut diabetes pada anak, atau
diabetes juvenilis dan diabetes dewasa atau “maturity-onset diabetes”. Karena
istilah ini kurang tepat, sekarang yang pertama disebut DM tipe 1 dan yang
kedua disebut DM tipe 2. Ada pula jenis lain, yaitu diabetes mellitus
gestasional yang timbul hanya pada saat hamil, dan diabetes yang disebabkan
oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi disebut MRDM (Malnutrition
Related DM) atau Diabetes mellitus Terkait Malnutrisi (DMTM).
Kekerapan DM tipe 1 di negara
Barat ± 10% dari DM tipe 2. Bahkan di negara tropik jauh lebih sedikit lagi.
Gambaran kliniknya biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada
masa akil balik. Tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa.
DM tipe 2 adalah jenis yang
paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah umur 40
dengan catatan pada dekade ke 7 kekerapan diabetes mencapai 3 sampai 4 kali
lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa.
Pada keadaan dengan kadar glukosa
darah tidak terlalu tinggi atau belum ada komplikasi, biasanya pasien tidak
berobat ke rumah sakit atau ke dokter. Ada juga yang sudah di
diagnosis sebagai diabetes tetapi karena kekurangan biaya biasanya pasien tidak
berobat lagi. Hal ini menyebabkan jumlah pasien yang tidak terdiagnosis lebih
banyak daripada yang terdiagnosis. Menurut penelitian keadaan ini pada negara
maju sudah lebih dari 50% yang tidak terdiagnosis dan dapat dibayangkan berapa
besar angka itu di negara berkembang termasuk Indonesia (Slamet Suyono Dalam
Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).
Penelitian lain menyatakan bahwa
dengan adanya urbanisasi, populasi DM tipe 2 akan meningkat menjadi 5 – 10 kali
lipat karena terjadi perubahan perilaku rural-tradisional menjadi urban. Faktor
resiko yang berubah secara epidemiologis adalah bertambahnya usia, jumlah dan
lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan
hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik
yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2 (Soegondo, 1999).
Tanpa intervensi yang efektif,
kekerapan DM tipe 2 akan meningkat disebabkan oleh berbagai hal misalnya
bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian akibat infeksi dan
meningkatnya faktor resiko yang disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah
seperti kegemukan, kurang gerak/ aktivitas dan pola makan tidak sehat dan tidak
teratur (Slamet Suyono Dalam Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).
·
Frekuensi
Tabel 1. Penyakit utama penyebab
kematian di rumah sakit di indonesia tahun 2002
No
|
Jenis penyakit
|
%
|
1
|
Stroke, tanpa perdarahan
|
5.9
|
2
|
Pneumonia
|
3.5
|
3
|
Demam tifoid
|
3.5
|
4
|
Tuberkulosis paru
|
3.3
|
5
|
Perdarahan intracranial
|
3.1
|
6
|
Diabetes mellitus
|
3.0
|
7
|
Pertumbuhan janin lamban,
malnutrisi janin, dan gangguan yang berhubungan dengan kelainan prematur
|
3.0
|
8
|
Trauma (klasifikasi lainnya)
|
2.9
|
9
|
Penyakit jantung (klasifikasi
lainnya)
|
2.9
|
10
|
Gagal ginjal (klasifikasi
lainnya)
|
2.9
|
Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI
Table 1 diatas menunjukkan bahwa penyakit diabetes
mellitus di urutan ke enam dengan precalensi sebesar 3.0% dari 10 penyakit yang
ada di rumah sakit yang mennjadi penyebab utama kematian.
Table 2. distribusi penyakit diabetes mellitus dan
penyakit metabolic lainnya pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2005.
No
|
Penyakit
|
Jumalah kasus
|
Jumlah mati
|
CFR %
|
1
|
Diabetes mellitus
|
42.000
|
3.316
|
7.9
|
2
|
Tiroktosikosis
|
913
|
67
|
7.3
|
3
|
Gangguan kelenjar tyroid lainnya
|
4.065
|
148
|
3.6
|
4
|
Penyakit endokrin dan metabolic lainnya
|
9.912
|
823
|
8.3
|
Sumber: Statistik RS. Indonesia Edisi Tahun 2005, Ditjen
Yanmed Depkes RI
Table 2 diatas menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit
di apsien rawat inap rumah sakit tertinggi disebabkan oleh diabetes mellitus
yaitu sebanyak 3.316 kematian dengan CFR 7.9%. jadi berdasarkan kedua table
diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun penyakit diabetes mellitus berada
urutan ke enam dari 10 penyakit yang dapat menyebabkan kematian dirumah sakit
Indonesia tetapi diabetes mellitus berada diurutan pertama penyebab kematian di
pasien rawat inap rumah sakit.
·
Distribusi
a) Distribusi menurut orang
Berdasakan timbulnya penyakit diabetes mellitus dapat
disimpulkan bahwa orang yang berisiko mengalami diabetes mellitus adalah mereka
yang memiliki riwayyat diabetes dari keluarga. Pasien diabetes mellitus tipe 2
umumnya dewasa usia 40-an dan mengalami kegemukan (obesitas), dan tidak aktif.
Sedangkan pada diabetes mellitus tipe 1 biasanya terdapat pada anak-anak dan
remaja, salah satu penyebabnya adalah seringgnya mengkonsumsi fast food. Ibu
yang melahirkan bayi dengan berat >4 kg juga berisiko mengalami diabetes
mellitus.
Grafik
1 Perkiraan Jumlah Orang Dewasa Dengan Diabetes Mellitus Menurut Kelompok Umur
Untuk Negara Maju dan Negara Berkembang Tahun 2000 dan 2030
Sumber
: Data Sekunder
Diagram
1 menunjukkan bahwa di Negara maju orang dewasa yang berisiko untuk
terkena Diabetes Mellitus adalah yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan di
Negara berkembang orang dewasa yang berisiko terkena Diabetes Mellitus adalah
umur 46-64 tahun.
Grafik
2 Prevalensi Diabetes Mellitus Global Menurut Jenis Kelamin dan Umur Tahun
2000.
Sumber
: Data Sekunder
Grafik
2 menunujukkan bahwa prevalensi kejadian Diabetes Mellitus untuk jenis kelamin
laki-laki dan perempuan hampir sama hanya berbeda pada umur 70-80 tahun
b) Distribusi menurut tempat
Tabel
3 Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus Di Beberapa Negara Tahun 2000 dan
2030
No
|
Rangking negara tahun
2000
|
Orang dengan DM (juta)
|
Rangking negara tahun
2030
|
Orang dengan DM (juta)
|
1.
|
India
|
31,7
|
India
|
79,4
|
2.
|
Cina
|
20,8
|
Cina
|
42,3
|
3.
|
Amerika Serikat
|
17,7
|
Amerika Serikat
|
30,3
|
4.
|
Indonesia
|
8,4
|
Indonesia
|
21,3
|
5.
|
Jepang
|
6,8
|
Pakistan
|
13,9
|
6.
|
Pakistan
|
5,2
|
Brazil
|
11,3
|
7.
|
Federasi Rusia
|
4,6
|
Banglades
|
11,1
|
8.
|
Brazil
|
4,6
|
Jepang
|
8,9
|
9.
|
Italia
|
4,3
|
Filipina
|
7,8
|
10.
|
Banglades
|
3,2
|
Mesir
|
6,7
|
Sumber:
Data Sekunder
Tabel
3 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat keempat dengan penderita
terbesar di dunia yaitu 8,4 juta orang pada tahun 2000 dan diperkirakan terus
meningkat dari taun ke tahun yaitu sebanyak 21, 3 juta orang penderita Diabetes
Mellitus.
c) Distribusi menurut waktu
Lamanya seseorang menderita
penyakit dapat memberikan gambaran mengenai tingkat patogenesitas penyakit
tersebut. Peningkatan angka kesakitan Diabetes Mellitus dari waktu ke waktu
lebih benyak disebabkan oleh faktor herediter, life style (kebiasaan hidup) dan
faktor lingkungannya. Komplikasi Diabetes Mellitus dengan penyakit lain terkait
dengan lamanya seseorang menderita Diabetes Mellitus, semakin lama seseorang
menderita Diabetes Mellitus maka komplikasi penyakit Diabetes Mellitus juga
akan lebih mudah terjadi.
·
Determinan
Berbagai
hal dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit Diabetes Mellitus diantaranya
adalah :
1.
Obesitas (kegemukan)
Terdapat
korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada derajat
kegemukan dengan IMT> 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah
menjadi 200mg%.
2.
Hipertensi
Peningkatan
tekanan darah pada hipertensi erat kaitannya dengan tidak tepatnya penyimpanan
garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi
pembuluh darah perifer
3.
Riwayat keluarga
Diabetes MellitusSeorang yang menderita
Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes
merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif
tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.
4.
Dislipedimia
Adalah
keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida > 250
mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL
(< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
5. Umur
Berdasarkan
penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus
adalah > 45 tahun
6. Riwayat
persalinan
Riwayat
abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi > 4000
gram.
2.4
Gambaran klinis
Pada
awalnya, penderita sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes
mellitus, bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus dicurigai adanya
DM jika seseorang mengalami keluhan klasik DM berupa:
·
poliuria (banyak berkemih)
·
polidipsia (rasa haus sehingga jadi
banyak minum)
·
polifagia (banyak makan karena
perasaan lapar terus-menerus)
·
penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya
Jika
keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat diagnosis dapat
diperiksa keluhan tambahan DM berupa:
·
lemas, mudah lelah, kesemutan,
gatal
·
penglihatan kabur
·
penyembuhan luka yang buruk
·
disfungsi ereksi pada pasien pria
·
gatal pada kelamin pasien wanita
2.5
Patofisiologi
Seperti suatu mesin, tubuh
memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak.
Disamping itu juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan
baik. Energi sebagai bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang terdiri
dari karbohidrat, protein dan lemak.
Di dalam saluran pencernaan makanan
dipecah menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa,
protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu
akan diserap oleh usus kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan diedarkan ke
seluruh untuk dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai bahan
bakar. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu
harus masuk dulu kedalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan
terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yan hasil akhirnya
adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses
metabolisme itu insulin (suatu zat/ hormon yang dikeluarkan oleh sel beta
pankreas) memegang peranan yang sangat penting yaitu bertugas memasukan glukosa
ke dalam sel, untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar. Insulin yang
dikeluarkan oleh sel beta dalam pulau-pulau Langerhans (kumpulan sel yang berbentuk
pulau di dalam pankreas dengan jumlah ± 100.000) yang jumlahnya sekitar 100 sel
beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu
masuknya glukosa kedalam sel, untuk kemudian dimetabolisir menjadi
tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk sel. Dan akibatnya
glukosa akan tetap berada didalam pembuluh darah, yang artinya kadarnya didalam
darah meningkat. Dalam keadaan seperti ini tubuh akan menjadi lemas karena
tidak ada sumber energi di dalam sel. Inilah yang terjadi pada DM tipe 1. Tidak
adanya insulin pada DM tipe 1 karena pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang
disebabkan karena adanya peradangan pada sel beta (insulitis). Insulitis bisa
disebabkan karena macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie,
rubela, CMV, herpes, dan lain-lain. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi
sejak kecil ataupun setelah dewasa (Suyono, 1999).
Sedangkan pada DM tipe2 jumlah
insulin normal, malah mungkin lebih banyak. Tetapi jumlah reseptor insulin yang
terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor ini dapat diibaratkan sebagai
lubang kunci pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya
yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi
karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan
sedikit sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam
pembuluh darah akan meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada DM
tipe 1. Perbedaanya adalah pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, juga
kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin
(Suyono, 1999).
Penyebab resistensi insulin pada DM
tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor-faktor di bawah ini banyak
berperan, antara lain:
1) Obesitas terutama yang bersifat
sentral (bentuk apel)
2) Diet tinggi lemak dan rendah
karbohidrat
3) Kurang gerak badan
4) Faktor keturunan (herediter)
Baik pada DM tipe 1 maupun pada DM
tipe 2 kadar glukosa darah jelas meningkat dan bila kadar itu melewati batas
ambang ginjal, maka glukosa itu akan keluar melalui urin. Mungkin inilah
sebabnya penyakit ini disebut juga penyakit kencing manis (Suyono, 1999).
2.6
Diagnosa
Diagnosis
DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin saja. Diagnosis
ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh darah
vena. Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat dilakukan
dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer.
Seseorang
didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di bawah
ini:
·
Mengalami gejala klasik DM dan
kadar glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL
·
Mengalami gejala klasik DM dan
kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL
·
Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200 mg/dL
·
Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%
Keterangan:
·
Glukosa plasma sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan
terakhir pasien.
·
Puasa artinya pasien tidak mendapat
kalori tambahan minimal selama 8 jam.
·
TTGO adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan memberikan larutan glukosa khusus untuk diminum. Sebelum
meminum larutan tersebut akan dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu
akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah meminum larutan tersebut.
Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan.
Jika
kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak masuk
ke dalam kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes. Yang
termasuk ke dalamnya adalah
·
Glukosa Darah Puasa Terganggu
(GDPT), yang ditegakkan bila hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan
antara 100 – 125 mg/dL dan kadar glukosa plasma 2 jam setelah meminum
larutan glukosa TTGO < 140 mg/dL
·
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT),
yang ditegakkan bila kadar glukosa plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa
TTGO antara 140 – 199 mg/dL
Tabel
kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis
DM:
Bukan DM
|
Belum Pasti DM
|
DM
|
||
Kadar glukosa darah
sewaktu (mg/dL)
|
Plasma vena
|
<100
|
100-199
|
≥200
|
Darah kapiler
|
<90
|
90-199
|
≥200
|
|
Kadar glukosa darah
puasa (mg/dL)
|
Plasma vena
|
<100
|
100-125
|
≥126
|
Darah kapiler
|
<90
|
90-99
|
≥100
|
2.7
Komplikasi
Kadar
glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes mellitus akan
menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut maupun yang kronik.
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi para pasien untuk memantau kadar
glukosa darahnya secara rutin.
a)
Komplikasi
akut
Keadaan
yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis diabetik (KAD) dan
Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada dua keadaan ini kadar glukosa
darah sangat tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL, pada SHH 600-1200 mg/dL), dan
pasien biasanya tidak sadarkan diri. Karena angka kematiannya tinggi, pasien
harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan yang memadai.
Keadaan
hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut DM, di mana terjadi penurunan
kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri
harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya hipoglikemia misalnya pasien meminum obat terlalu banyak (paling
sering golongan sulfonilurea) atau menyuntik insulin terlalu banyak, atau
pasien tidak makan setelah minum obat atau menyuntik insulin.
Gejala
hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar, gemetar, rasa
lapar, pusing, gelisah, dan jika berat, dapat hilang kesadaran sampai koma.
Jika pasien sadar, dapat segera diberikan minuman manis yang mengandung
glukosa. Jika keadaan pasien tidak membaik atau pasien tidak sadarkan diri
harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan dan pemantauan selanjutnya.
b)
Komplikasi
kronik
Penyakit
diabetes mellitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah yang dapat mengalami
kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni pembuluh darah besar dan kecil.
Yang
termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain:
·
Pembuluh darah jantung, yang jika
rusak akan menyebabkan penyakit jantung koroner dan serangan jantung mendadak
·
Pembuluh darah tepi, terutama pada
tungkai, yang jika rusak akan menyebabkan luka iskemik pada kaki
·
Pembuluh darah otak, yang jika
rusak akan dapat menyebabkan stroke
Kerusakan
pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai pembuluh darah retina
dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada
pembuluh darah ginjal yang akan menyebabkan nefropati diabetikum.
Saraf
yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang menyebabkan perasaan kebas
atau baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa kebas, terutama pada kakinya, maka
pasien DM sering kali tidak menyadari adanya luka pada kaki, sehingga
meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus kaki) dan perlunya
melakukan tindakan amputasi. Selain kebas, pasien mungkin juga mengalami kaki
terasa terbakar dan bergetar sendiri, lebih terasa sakit di malam hari serta
kelemahan pada tangan dan kaki. Pada pasien yang mengalami kerusakan saraf
perifer, maka harus diajarkan mengenai perawatan kaki yang memadai sehingga
mengurangi risiko luka dan amputasi.
2.8 Pengobatan
Pemberian obat kepada pasien sesuai
petunjuk dokter merupakan suatu tindakan/ praktek kesehatan yang dilakukan
dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan sebagai bagian dari
perilaku seseorang terhadap stimulus atau objek kesehatan (yang dalam hal ini
adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit DM yang diderita seseorang), yang
kemudian dalam proses selanjutnya akan melaksanakan atau mempraktekkan sesuai
apa yang diketahuinya dan disikapi/ dinilainya baik untuk dilakukan (
Notoadmodjo S, 2007).
Menurut Sidartawan Soegondo, prinsip
pemberian obat/ pengobatan terhadap pasien DM terdiri atas 2 yaitu:
a. Pengobatan dengan
insulin dan,
b. Pengobatan dengan Obat Hipoglikemik
Oral.
a. Pengobatan dengan insulin
Indikasi pemberian obat bagi pasien
dengan terapi insulin, diberikan untuk:
1) Semua orang dengan diabetes
tipe 1 yang memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel beta
tidak ada atau hampir tidak ada.
2) Orang dengan diabetes tipe 2
tertentu yang mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah atau apabila mengalami stres fisiologi
seperti pada tindakan pembedahan.
3) Orang dengan diabetes
kehamilan (diabetes yang timbul selama kehamilan) membutuhkan insulin bila diet
tidak saja dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
4) Orang yang diabetes dengan
ketoasidosis.
5) Orang dengan diabetes yang
mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori untuk
memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan memerlukan
insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal
selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan
insulin.
6) Pengobatan sindroma
hiperglikemi non-ketotik-hiperosmolar
·
Cara Penggunaan Insulin
Sekresi insulin dapat dibagi menjadi
sekresi insulin basal (saat puasa atau sebelum makan) dan insulin prandial
(setelah makan). Insulin basal ialah insulin yang diperlukan
untuk mencegah hiperglikemia puasa akibat glukoneogenesis dan juga mencegah
ketogenesis yang tidak terdeteksi. Insulin Prandial ialah jumlah insulin yang dibutuhkan
untuk mengkonversi bahan nutrien ke dalam bentuk energi cadangan sehingga tidak
terjadi hiperglikemia postprandial.
Insulin Koreksi (supplement) ialah insulin yang diperlukan akibat
kenaikan kebutuhan insulin yang disebabkan adanya penyakit atau stres. Pemberian
insulin tergantung pada kondisi pasien dan fasilitas yang tersedia. Untuk
pasien yang non-emergensi, pemberian suntikan subkutan atau intramuskular
(jarang dilakukan). Pada pasien dengan kondisi kegawatan diberikan dengan pompa
infus atau secara bolus intra vena. Insulin dapat juga diberikan secara
subkutan dengan menggunakan pompa insulin atau yang dikenal dengan continuous
subcutaneous insulin infusion (CSII).
Sebelum menyuntikan insulin, kedua
tangan dan daerah yang harus disuntik haruslah bersih. Tutup vial insulin harus
diusap dengan isopropil alkohol 70%. Untuk semua macam insulin kecuali kerja
cepat, harus digulung-gulung secara perlahan-lahan dengan kedua telapak tangan
(Jangan dikocok) untuk melarutkan kembali suspensi. Ambilah udara sejumlah
insulin yang akan diberikan dan suntikanlah kedalam vial untuk mencegah terjadi
ruang vakum dalam vial. Hal ini terutama diperlukan bila akan dipakai campuran
insulin.
Bila mencampur insulin kerja cepat
dengan kerja menengah atau panjang, maka insulin yang jernih atau kerja cepat
harus diambil terlebih dahulu. Setelah insulin masuk ke alat suntik, periksalah
apa mengandung gelembung udara. Satu atau dua ketukan pada alat suntik dalam
posisi tegak akan dapat mengurangi gelembung tersebut. Gelembung tersebut
sebenarnya tidaklah terlalu berbahaya tetapi dapat mengurangi dosis insulin.
Penyuntikan dilakukan pada jaringan
subkutan. Pada umumnya disuntikan dengan sudut 90 derajat. Pada pasien kurus
dan anak-anak, setelah kulit dijepit dan insulin disuntikan dengan sudut 45
derajat agar tidak terjadi penyuntikan intra muskular. Aspirasi tidak perlu
dilakukan secara rutin. Bila suntikan terasa sakit atau mengalami perdarahan
setelah proses penyuntikan maka daerah tersebut sebaiknya ditekan selama 5-8
detik.
·
Karateristik Insulin Berdasarkan
Waktu Kerja
Sediaan insulin yang ada di pasaran Indonesia, berdasarkan waktu kerja
dapat dilihat pada tabel di halaman berikut ini:
Tabel 1. Karateristik Insulin Berdasarkan Waktu Kerja
Sediaan Insulin
|
Awal Kerja
|
Puncak Kerja
|
Lama Kerja
|
Insulin
Prandial
Insulin
Kerja cepat
Regular
(Actrapid; Humulin R)
Insulin analog, kerja sangat cepat
Insulin glulisine (apidra*)
Insulin
aspart (Novo Rapid *)
Insulin
lispro (Humalog)
|
30-60
mnt
5-15
mnt
5-15
mnt
5-15
mnt
|
30-90
mnt
30-90
mnt
30-90
mnt
30-90
mnt
|
5-8
jam
3-5
jam
3-5
jam
3-5
jam
|
Insulin Kerja Menengah
NPH (Insulatard, Humulin N)
Lente
|
2-4 jam
3-4 jam
|
4-10 jam
4-12 jam
|
10-16 jam
12-18 jam
|
Insulin Kerja Panjang
Insulin glargine (Lantus)
Ultralente*
Insulin detemir (Levemir*)
|
2-4 jam
6-10 jam
2-4 jam
|
Tdk ada puncak
8-10 jam
Tdk ada puncak
|
|
Insulin Campuran
(kerja cepat dan menengah)
70%NPH/ 30% reguler )Mixtard: Humulin 70/30)
70%NPH/ 30% analog rapid (NovoMix 30)
|
30-60 mnt
|
Dual
|
10-16 jam
|
Sumber: Soegondo S dalam Penatalaksanaan DM Terpadu, 2007
b. Pengobatan dengan OHO (Obat
Hipoglikemik Oral)
Menurut Tjokroprawiro Askandar,
dkk, 2007, syarat OHO berhasil baik bila diet dan latihan fisik harus
dilaksanakan dengan benar (3J), Jumlah-Jadwal-Jenis dan diberikan pada
penderita yang:
a) Umur > 40 tahun.
b) Lama DM-nya kurang dari 5
tahun.
c) Belum pernah suntik insulin,
atau bila pernah suntik insulin, kebutuhan insulin kurang dari 20 unit/ hari.
2.9 Program penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia
Program
pencegahan primer di Indonesia telah dilaksanakan oleh PT.Merck Indonesia Tbk
bekerja sama dengan Depkes RI dan organisasi profesi (PERKENI) dan organisasi
kemasyarakatan (PERSADI dan PEDI) yaitu program bertajuk Pandu Diabetes dengan
simbol Titik Oranye. Melakukan kegiatan-kegiatan antara lain memberikan
informasi dan edukasi mengenai Diabetes Mellitus dan pemeriksaan kadar gula
darah secara gratis bagi sejuta orang yang telah diluncurkan oleh Menkes pada
15 Maret 2003. Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti Fadillah Supari, Sp. JP(K) akan
membentuk direktorat baru di Departemen Kesehatan untuk menangani Penyakit
Tidak Menular (PTM )karena berdasarkan data Depkes untuk jumlah pasien Diabetes
rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama untuk
seluruh penyakit endokrin.(Depkes,2005)Terdapat klinik kaki diabetes di
salah satu rumah sakit milik pemerintah yang merupakan bentuk layanan yang
diberikan bagi penderita diabetes. Ini salah satu bentuk perhatian pemerintah
kepada penderita Diabetes Mellitus mengingat penderita Diabetes sangant rentan
untuk terkena infeksi, hal ini juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi
amputasi kaki akibat pekait Diabetes Mellitus. Federasi
Diabetes Internasional (IDF) mengeluarkan pernyataan konsensus baru mengenai
pencegahan diabetes, menjelang resolusi Majelis Umum PBB pada bulan Desember
2006 yang menghimbau aksi internasional bersama. Konsensus IDF baru ini
merekomendasikan bahwa semua individu yang beresiko tinggi terjangkiti diabetes
tipe-2 dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan oportunistik oleh dokter,
perawat, apoteker dan dengan pemeriksaan sendiri. Profesor George Alberti,
mantan presiden IDF sekaligus penulis bersama konsensus baru IDF mengatakan:
“Terdapat banyak bukti dari sejumlah kajian di Amerika Serikat, Finlandia,
Cina, India dan Jepang bahwa perubahan gaya hidup (mencapai berat badan yang
sehat dan kegiatan olahraga yang moderat) dapat ikut mencegah berkembangnya
diabetes tipe-2 pada mereka yang beresiko tinggi (2-6). Konsensus baru IDF ini
menganjurkan bahwa hal ini haruslah merupakan intervensi awal bagi semua orang
yang beresiko terjangkiti diabetes tipe-2, dan juga fokus dari pendekatan
kesehatan penduduk.” (SUMBER: Federasi Diabetes Internasional)
·
Isu Mutakhir
Isu mutakhir tentang penyakit
Diabetes Mellitus adalah :
1. Adanya hubungan timbal balik antara periodontitis (infeksi pada
mulut) dengan Diabetes Mellitus, keterlibatan dokter gigi dalam penanganan
pasien Diabetes Mellitus perlu ditingkatkan. (Saidina Hamzah
Daliemunthe,2003)
2. Dokter gigi dituntut untuk lebih aktif memposisikan diri sebagai
mitra dokter umum/dokter spesialis dalam penanganan pasien Diabetes Mellitus. (Saidina
Hamzah Daliemunthe,2003)
3. Perlu adanya perlindungan kepada obat tradisional untuk penyakit
Diabetes Mellitus agar tetap asli dari tanaman obat dan tidak diberi tambahan
zat kimia. (Siti Sapardiyah Santoso, 2003)
4. Perlu dipelajari lebih lanjut dengan mengadakan pendekatan kasus
dengan metode penelitian yang khusus pula mengapa penderita IDDM dapat bertahan
hidup selama 1 minggu tanpa insulin dengan melalui penggantian insulin atau
adaptasi. (Haryadi Suparto, 2004)
5. Obat anti Diabetes oral sebaiknya tidak diberikan pada Diabetes
Mellitus dengan Tuberkulosis paru karena adanya efek rifampicin dan isoniazid
yang mengurangi efek obat tersebut. (Harsinen Sanusi, 2004)
6. Kadar glukosa darah yang terkontrol pada penderita Diabetes
Mellitus dapat menurunkan derajat kegoyahan gigi sebesar 51,45%. (Md Ayu
Lely S, 2004)
7. Melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan bahan aktif yang diisolasi
dari buah mengkudu untuk mengetahui efeknya dalam menurunkan kadar gula darah.
(Ramadhani RB,2001)
8. Perlu dikembangkan kegiatan di kelompok-kelompok masyarakat guna
meningkatkan pengetahuan kesehatan terutama gizi, sehingga masyarakat mempunyai
pengetahuan dan kemampuan untuk menangani masalah kesehatan yang dihadapinya. (Yuli
Kusumawati, 2006)
9. Perlunya melakukan penelitian isolasi kandungan Eugenia
Polyantha dan menguji khasiat hipoglikemianya untuk menurunkan kadar
glukosa darah. (Herra Studiawan,2004)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
·
Diabetes
mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya.
·
Diabetes terdiri dari 2 tipe, yaitu: Diabetes
mellitus Tipe 1 (IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus) : tergantung dengan
insulin. Diabetes mellitus Tipe 2 (NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus) : tidak tergantung dengan
insulin.
·
Diabetes Mellitus merupakan
penyebab kematian tertinggi di bagian instalasi rawat inap di rumah sakit di
Indonesia yaitu sebanyak 3.316 kematian dengan CFR 7,9%. Penyebab utama
terjadi Diabetes Mellitus dipengaruhi oleh tidak terkontrolnya glukosa darah
akibat factor kegemukan, hipertensi, pengetahuan, life style, dan sebagainya.
·
Menurut Sidartawan Soegondo, prinsip
pemberian obat/ pengobatan terhadap pasien DM terdiri atas 2 yaitu:
a. Pengobatan dengan insulin dan, b. Pengobatan dengan Obat
Hipoglikemik Oral
3.2 SARAN
·
Melakukan penanganan yang serius
terhadap penyakit diabetes mellitus supaya dapat menurunkan angka kematian
disebabkan penyakit diabetes mellitus.
·
Adanya sosialisasi terhadap
individu yang berisiko maupun msyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA
NN, “DM”.
Id.scribd.com. diakses pada 12 april 2013.
NN, “penderita diabetes dominasi RSUD Pirngadi Medan”.
www.bisnis-sumatra.com diakses pada 12 april 2013.
NN,
“prevalensi diabetes mellitus di Indonesia”. www.depkes.go.id. Diakses
pada 13 april 2013.
sangat bermanfsAAT bagi saya terima kasih gan
BalasHapusVery good idea you've shared here, from here I can be a very valuable new experience. all things that are here will I make the source of reference, thank you friends
#obat kuat semarang
#alat bantu seks semarang
#obat kuat
#obat spilis
#obat penyubur sperma
#obat mandul
#obat enjakulasi dini
#obat kuat viagra
#vakum pembesar penis
#obat kuat seks
#obat kuat
#pro extender
#obat kuat nangen
#KLG pembesar penis
#obat enjakulasi dini
#perangsang wanita
OBAT PEMBESAR PENIS
#obat pembesar penis
#vimax canada
#vimax
#vimax pembesar penis
#obat enjakulasi dini
#vimax izon
#alat pembesar penis
#klg
#obat pembesar penis klg
#klg asli
#pusat vimax
#vimax
#pusat vimax asli
#vimax izon
#obat enjakulasi dini
#vimax pembesar penis
#obat pembesar penis
#semanax
#semanax asli
#semanax penyubur sperma
#obat penyubur sperma